Saturday, December 26, 2009

26.11.09

26.11.09

I still remember the overcast morning
I still remember the rain falling to earth
I still remember when it becomes more dense


I still remember the laugh and smile at the tavern
I still remember the smell of coffee that I drank
I still remember the time back into the rain to something


I still remember the small talk that occurred
I still remember the awkward moments that arise
I still remember the annoying long queues


I still remember the touch of a warm
I still remember the moments of silence and the bubbling curiosity
I still remember the form of the object, began with questions and ended with promises


it was 1 month ago
it was 30 days ago
it was 1800 hours ago
it was 108000 minutes ago
it was 6480000 seconds ago


I'm supposed to fulfill the first promise I made
but apparently it still can't do
only one thing that I ask: an apology and another waiting

Thursday, December 3, 2009

Quote of the Day

"when you really love someone, you only learn how to love, not how to stop"

Perfectionist

Perfeksionis.. Apa yang muncul di benak kalian ketika mendengar kata2 ini? Mungkin bagi sebagian orang, menjadi seseorang yang sempurna adalah impian. Tapi beda dengan menjadi seorang perfeksionis (setidaknya beda dari sudut pandang gw)

Kenapa gw ngebahas hal abstrak bin absurb macam ini? Simpel aja, karena gw kadang ngerasa jadi orang kaya gini. Jadi seseorang yang selalu ingin menjadi "someone". Bukan berniat sombong atau apa, tapi ya begitulah sifat alami ini muncul. Seengaknya gw sadar akan sifat ini pas SMA. Entah karena pergaulan di sekitar gw atau apa yang gw ga sadari, semenjak SMA itu gw selalu berusaha jadi orang yang seengak2nya ga malu2in, sukur2 "dihormatin".

Menjadi seseorang yang selalu rajin ngerjain tugas, nilai ulangan lumayan bagus, ga pernah buat salah. Itulah gw. Seperti yang gw bilang di awal, mungkin sifat ini muncul karena pergaulan sama temen2 gw, dimana hampir semuanya pinter2. Dan gw adalah orang yang cukup gengsian, jadi biarpun nantinya gw tetep yang paling bodoh diantara temen2 gw, cuma gw masih di atas yang laennya lah.

Pada awalnya gw cukup bersyukur atas sifat ini. Tapi lama kelamaan entah kenapa kok gw ngerasa menjadi seseorang itu adalah beban. Ternyata bener kata guru2 pas SD dulu. Mencapai suatu prestasi itu mudah. Mempertahankannya yang susah.

Kalo kalian pikir jadi anak dengan image "baik2" itu enak, pikir deh sekali lagi. Kalian siap ga jadi anak baik2. Sekali lagi ini bukan bermaksud sombong, tapi ya inilah yg gw rasain. Jadi seseorang yang selalu "dituntut" berlaku sopan, rajin, dlsb ga gampang loh. Sekalinya lo buat salah, sekecil apapun, pandangan orang itu bisa berubah 180 derajat. Dan gw sangat benci ketika orang hanya memandang gw dari satu sisi aja, dimana ketika gw baik mereka manfaatkan, tapi begitu gw buat salah, pandangan sinislah yg mereka berikan.

Kadang2 timbul keinginan dimana sekali2 gw pengen jadi anak yang "jahat". Cuma rasanya ga enak aja ketika lo melakukan sesuatu yang pengen banget lo lakuin, tapi hati kecil lo terus tereak kalo itu salah. Kadang2 gw pengen jadi kaya temen gw yang kalo ulangan atau ujiannya jelek atau tugasnya ga kelar, tetep aja nyantai idupnya. Tapi gw ga bisa. Rasanya ada sesuatu yang bikin gw ga tenang kalo semuanya itu ga dilakukan dengan benar.
Kadang2 gw pengen jadi orang yang ga mau mikirin pendapat atau pandangan orang lain terhadap gw. Tapi ga bisa. Terlalu banyak mikir. Itulah kata2 yang dilontarkan 2 orang terdekat gw beberapa waktu yang lalu.
Kadang2 gw pengen ngejalain hidup tanpa ada beban, dimana kalo lo salah ya nyesel, tapi sebentar aja, trus lanjut lagi. Entah kenapa gw mulai ga suka sama sifat ini.

Mengharapkan sebuah KESEMPURNAAN itu mudah. Tapi buat merealisasikannya, itu yang susah. Dan sekali lagi gw sedang berkutat di dalamnya. Dimana gw pengen ngelakuin sesuatu tapi lagi, lagi dan lagi terhalang oleh teriakan si suara hati. Karena itulah gw. Ketika gw ngerasa ga siap, ga layak, ga patut atau apalah bahasanya itu, gw ga akan pernah berani untuk melangkah.